LAPORAN PRAKTIKUM II
STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA
Oleh:
NAMA :
Nurul Mursidah
NIM :
14222125
DOSEN PENGAMPU
1. Awalul
Fatiqin, M.Si
2. Ike
Apriani, M.Si
3. Riri Novita Sari, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang
ini, berkembangnya ilmu pengetahuan maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu
sesorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai dengan mikrorganisme yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang mikrorganisme tersebut yang disebut dengan
mikrobiologi. Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan
teknik atau cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala
laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya,
serta diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi serta teknik
atau cara penggunaan alat-alat yang berhubungan dengan penelitian tersebut
(Suriawiria, 2005).
Dalam melakukan
diagnosa mikrobiologi sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun medianya.
Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan bebas dari mikroba baik
bentuk vegetative maupun spora. Untuk itu sebagai pemula dalam mikrobiologi
sangat perlu untuk mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik
penanaman (Pratiwi, 2008).
Steril
merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan kerja dalam suatu laboratorium
mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi diperlukan teknik-teknik agar suatu
sterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak terdapat suatu
mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media. Sterilisasi dapat diartikan
proses untuk menjadikan alat-alat terbebas dari segala bentuk kehidupan.
Seperti yang telah disebutkan bahwa pada tujuan sterilisasi adalah untuk
mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak ikut tumbuh (Suriawiria, 2005).
Mikroorganisme
dapat berkembangbiak secara alami ataupun juga dengan campur tangan manusia.
Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya adalah dengan melalui
pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti
jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan keadaan lingkungan fisik
yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan (Kusnadi dkk, 2003).
Medium
merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas
atau juga didalamnya. Sebelum menumbuhkan suatu mikroorganisme, pertama-tama
kita harus memahami kebutuhan dasarnya lalu mencoba untuk memformulasikan suatu
medium yang memberikan hasil baik (Pratiwi, 2008).
Media memiliki
fungsi sebagai tempat atau wadah tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak
jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana
didalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis,
untuk menghindari kontaminasi pada media itu sendiri. Media juga berperan
sebagai tempat zat hara yang digunakan oleh mikroorganisme untuk suatu
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan.
Umumnya, pada media pertumbuhan berisi air, sumber energi, zat hara, yaitu sebagai
sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur
lainnya (Kusnadi dkk, 2003).
Adapun yang melatarbelakangi pada praktikum
sterilisasi dan pembuatan media adalah untuk mencoba mempelajari bagaimana cara
mensterilisasikan alat-alat yang nantinya akan digunakan pada saat bekerja di
laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi dapat dilakukan adalah untuk
keberhasilan dalam menumbuhkan suatu biakan koloni mikroorganisme yang
diinginkan. Pada praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui macam-macam
media dan cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme, sehingga seorang
praktikan dapat dengan mudah menerapkan bagaimana cara untuk membuat media
pertumbuhan pada mikroorganisme yang akan diamati.
B. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum pada Praktikum II tentang Sterilisasi dan Pembuatan Media
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
macam-macam sterilisasi.
2. Mengetahui
macam-macam medium.
3. Mengetahui
cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sterilisasi
Suatu proses yang dilakukan untuk
membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditambahkan di dalam suatu medium
tidak ada jasad renik yang dapat berkembangbiak dapat dinamakan sterilisasi.
Sterilisasi dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu pada spora
bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan
bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk
paling resisten dari kehidupan mikroba akan diluluhkan (Pratiwi 2008).
Dalam dunia
kesehatan, pada sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk memberikan efek
terapeutik yang maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen
maupun tidak. Sterilisasi adalah proses membebaskan peralatan atau bahan dari
mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan
suatu proses penghilangan pada semua jenis mikroorganisme hidup, dalam hal ini
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, virus) yang terdapat pada suatu benda
(Pratiwi 2008).
Sterilisasi pada
suatu produk dimaksudkan untuk mendapatkan suatu produk yang steril setelah
melalui suatu proses sterilisasi dan diharapkan tidak mengalami perubahan
kualitas. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemilihan cara sterilisasi yang
tepat sehingga dihasilkan suatu produk yang steril dengan kualitas yang baik
(Darwis dkk, 2009).
Proses
sterilisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara uap panas, larutan kimia,
pemanasan kering atau juga metode gas. Metode gas atau metode yang dipilih
biasanya tergantung sifat materi yang akan disterilkan. Steril merupakan proses
yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang
dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup, dengan dilakukannya
suatu proses sterilasi dapat membantu memudahkan atau memperlancar kegiatan
penelitian atau praktikum yang sedang dilakukan (Adji dkk, 2007).
B. Macam-Macam Sterilisasi
Menurut pendapat
beberapa ahli terdapat berbagai macam-macam proses sterilisasi dalam praktikum
mikrobiologi. Macam-macam sterilisasi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Sterilisasi
Secara Mekanik (Fitrasi)
Didalam
sterilisasi secara mekanik (fitrasi) yang menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0, 22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini dapat ditunjukkan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim atau antibiotik. Jika
terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau bertekanan tinggi
akan mengalami perubahan atau penguraian, maka dari itu sterilisasi yang
digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya saringan (Pratiwi 2008).
2. Sterilisasi
Secara Fisik
Sterilisasi secara
fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Terdapat berbagai
macam sterilisasi dengan pemanasan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemijaran
Api
Terdapat
berbagai macam pemijaran, maksud ini dipakai muffle, yang biasanya mencapai
suhu 1.0000C.
Bila ingin diketahui beratnya, maka krus porselen yang dipakai, didinginkan
sampai kira-kira 1000C,
lalu didinginkan kedalam eksikator, dan akhirnya ditimbang (Sudarmadji dkk, 2007).
b. Panas
Kering
Sterilisasi
panas kering adalah proses sterilisasi dengan udara panas. Pada sterilisasi
dengan panas kering atau udara panas dianjurkan apabila pada penggunaan uap
bertekanan dengan benda yang disterilkan. Hal ini dapat berlaku bagi perabotan
laboratorium seperti cawan petri, pipet, minyak, serbuk serta juga beberapa
pada peralatan. Benda-benda tersebut disterilkan dalam oven listrik atau gas,
untuk dapat mensterilkan pada perabotan pecah belah di laboratorium dibutuhkan
suhu 1600C
selama 2
jam (Pelezar, 1988).
c. Panas
Lembab (Uap Bertekanan)
Panas
dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana yang paling praktis dan juga dapat
diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan yang dapat menyediakan suhu jauh
di atas titik didih. Disamping itu juga mempunyai keuntungan seperti pemanasan
dapat berlangsung cepat, mempunyai daya tembus, dan menghasilkan kelembapan
yang tinggi, kesemuanya ini dapat mempermudah koagulasi protei sel-sel mikroba
(Pelezar, 1988).
3. Sterilisasi
Secara Kimiawi
Sterilisasi
secara kimiawi biasanya digunakan pada alat ataupun bahan yang tidak tahan
panas atau untuk kondisi aseptis (sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan
kimia yang dapat digunakan adalah alkohol, asam parasetat, formaldehid dan
lain-lainnya (Pratiwi 2008).
4. Sterilisasi
Secara Radiasi
Menurut pendapat
Pratiwi (2008), sterilisasi radiasi dapat
dilakukan dengan menggunakan radiasi sebagai berikut:
a. Ultraviolet
Ultraviolet
merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254 mm. Sumbernya adalah lampu uap
merkuri dengan daya tembus hanya 0,01-0,2 mm. Ultraviolet digunakan untuk
sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik.
b. Ion
Mekanisme
mengikutori pada tumbukan yaitu adalah sinar langsung menghantarkan pusat
kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih
dulu yang membentuk molekul dan juga mengubahnya menjadi pada bentuk radikatnya
yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi sekunder pada bagian molekul DNA
mikroba.
c. Gamma
Gamma
bersumber dari CO6O dan C5137 dengan aktifitas sebesar 50-500
kilo curie serta memiliki suatu daya tembus sangat tinggi. Dosis pada efektifitasnya
adalah 2,5
Mrad. Gamma juga digunakan untuk dapat mensterilkan alat-alat yang terbuat dari
logam, karet serta bahan sintesis seperti pada polietilen.
C. Media (Medium)
Media adalah
substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan atau nutrien yang
digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Pada
mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan
medium yang harus mengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, yaitu
adalah senyawa-senyawa organik yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak,
mineral, dan vitamin. Medium digunakan untuk melihat gerakan yang dari suatu
mikroorganisme apakah bersifat motil atau nonmotil, medium ini ditambahkan pada
bahan pemadat 50% (Suriawiria, 2005).
Medium yang digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan pada suatu mikroorganisme harus sesuai
susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis pada mikroorganisme yang bersangkutan.
Beberapa pada mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana
yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti
gula, sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium yang pada saat ditambahkan darah atau bahan-bahan
kompleks lainnya (Suriawiria, 2005).
D. Jenis-Jenis Medium
Menurut pendapat
Dwijoseputro (1994),
ada beberapa jenis medium yang berdasarkan buatan manusia adalah sebagai
berikut:
1. Medium
Cair
Medium cair yang
biasanya sering dipakai adalah kaldu yang disiapkan sebagai berikut: kepada 1 liter air murni ditambahkan 3
kaldu daging lembu dan 5 gram pepton. Pepton adalah protein yang terdapat pada
daging, pada air susu, pada kedelai dan pada putih telur. Pepton mengandung
banyak N2,
dan kaldu yang berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya. Medium itu kemudian
ditentukan Phnya 6,8 dan sampai 7, jadi sedikit asam atau netral. Keadaan yang
demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti diatas masih perlu disaring
untuk kemudian di masukkan kedalam tabung-tabung reaksi atau botolbotol yang
tersedia. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring. Setelah tabung atau
botol berisi medium kaldu disumbat dengan kertas, kemudian dimasukkan ke dalam
alat pensteril atau autoklaf.
2. Medium
Kental (Padat)
Dahulu kala
orang lazim menggunakan kentang yang di potong-potong serupa silinder untuk
medium. Silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi, lalu pada potongan-potongan
itu di masukkan tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan
setelah itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali,
permukaan atas dari silinder kentang dapat ditanami bakteri.
Perbedaan tipe
medium dari medium padat dan medium cair juga dapat mempengaruhi pertumbuhan-pertumbuhan
dan viabilitas bakteri, meskipun medium yang digunakan adalah sama. Pada medium
padat, pertumbuhan pada bakteri berupa pertumbuhan yang melekat pada suatu
permukaan medium atau attached growth,
sedangkan pada medium cair tipe pada pertumbuhannya akan menyerupai suspensi
larut atau juga suspensi growth (Hidayah & Maya, 2012).
3. Medium
yang Diperkaya
Kebanyakan
bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti di atas. Tetapi bakteri patogen
seperti Mycobacterium tuberculosis, Diplocucus pneumonei, dan Neisseria gonorrhoeae memerlukan zat
makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak mengandung fibrinogen lagi.
Fibrinogen adalah zat yang dapat menyebabkan darah menjadi kental, apabila
keluar di luka. Serum atau darah itu dicampurkan ke dalam medium yang sudah
disterilisasikan. Jika pencampuran ini dilakukan sebelum saat sterilisasi, maka
serum atau darah tersebut akan mengental akibat pemanasan.
4. Medium
yang Kering
Pekerja
laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan adanya bermacam-macam medium
yang tersedia dalam bentuk serbuk kering, untuk menyiapkan medium tersebut,
cukuplah orang mengambil sekian gram pada serbuk kering tersebut untuk
dilarutkan dalam sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilisasikan.
Penentuan PH tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada
pembuatan serbuk.
5. Medium
yang Sintetik
Medium sintetik
berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu dan mengandung zat karbon dan
nitrogen. Bakteri pada autoklaf dapat hidup dalam medium ini. Medium sintetik
itu umumnya dapat dibuat secara eksperimental. Pada medium ini tidak menimbulkan
zat-zat penolak, apabila masuk tubuh hewan dan manusia, dan selanjutnya pada
medium sintetik itu berguna sekali sebagai medium dasar dalam penyelidikan
macam-macam vitamin, asam amino, dan lain-lain. Penyelidikan tentang ada
tidaknya zat tertentu dengan menggunakan mokroorganisme itu disebut analisis
zat jadi atau bio-assay.
E. Syarat Media (Medium)
Menurut
pendapat Iriatmanto (2000),
bahwa pada media yang untuk dapat menghasilkan
pertumbuhan mikroba (termasuk fungi) dengan hasil yang baik memiliki beberapa
syarat yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Media
harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh suatu mikroba yang
hendak ditumbuhkan.
2. Media
harus memiliki tekanan osmose, PH, tegangan muka yang sesuai dengan sifat
mikroba yang hendak ditumbuhkan.
3. Media
tidak mengandung zat penghambat.
4. Media
harus steril.
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi tentang Sterilisasi dan Pembuatan Media ini dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 09 Mei 2017, pukul 15.00-16.40 WIB di laboratorium
Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden
Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, tabung reaksi, jarum ose,
spatula, bunsen, erlenmeyer, autoklaf, timbangan analitik, gelas ukur, nampan
(baki), gunting, aluminium foil, gelas beaker, gelas arloji, dan hotplate.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas sampul, tissue,
karet gelang, alkohol, detergen, aquades, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).
C. Cara Kerja
1. Cara Kerja Sterilisasi
Adapun cara kerja pada praktikum sterilisasi adalah sebagai berikut:
a. Cuci dengan bersih cawan petri, tabung reaksi,
jarum ose, dan kaca, serta erlenmeyer kemudian keringkan alat dengan tissue
steril.
b. Tutuplah alat-alat dengan kapas (untuk tabung
reaksi dan erlenmeyer dapat menutup pada bagian atas saja, cawan petri full,
jarum ose full) kemudian dapat membungkus alat dengan sampul coklat lalu diikat
dengan karet dan memberi label. Menaruh di baki untuk sterilisasi.
c. Melakukan sterilisasi dengan autolaf pada suhu
± 1200C selama 15 menit (dihitung setelah autoklaf pertama berbunyi)
dan tekanan 1,5 atm.
d. Mengambil dan menyimpan alat setelah jarum
pada autoklaf sampai menunjukkan angka 0.
2. Cara Kerja Pembuatan Media
Adapun cara
kerja pada praktikum pembuatan media adalah sebagai berikut:
1. Siapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
2. Siapkan
2 gelas beaker yang berisi air (aquades)
masing-masing 250 ml air.
3. Siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
4. Kemudian ambil EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) menggunakan spatula.
5. Masukkan ke dalam gelas alroji untuk
ditimbang.
6. Timbang sebanyak dan untuk SSA (Salmonella Shigella Agar) sebanyak
7. Letakkan gelas beaker yang sudah berisi air
(aquades) di atas hotplate yang sudah menyala.
8. Masukkan
EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar) ke dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan
gelas beaker yang berbeda antara EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar).
9. Aduk
EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar) sampai merata tunggu sampai kedua bahan tersebut mendidih
naik ke atas.
10. Setelah mendidih angkat ke dua bahan tersebut,
tutup menggunakan alumunium foil.
11. Kemudian
masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah disterilisasikan dengan
membuka tutup cawan petri sedikit, (catatan: bahan yang dituangkan ke dalam
cawan petri sesuai yang dibutuhkan atau sesuai ukuran yang ditentukan) tuangkan
bahan di dekat bunsen agar tidak terkontaminasi.
12. Tutup
kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut.
13. Kemudian
isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi.
Melakukan dengan cepat dapat membantu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba
lain dan membiarkan hingga dingin.
14. Beri
label pada masing-masing cawan petri tersebut.
15. Masukkan
ke dalam inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan (baki)
sampai seorang praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya
pada keesokan harinya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Hasil Praktikum Sterilisasi
a. Sterilisasi Secara Kimiawi
Dalam praktium sterilisasi secara kimiawi
dapat dilakukan dengan dua cara, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Sterilisasi Menggunakan Alkohol 70% Maupun 90%
Cara
menggunakannya adalah dengan mengisi alkohol ke dalam botol semprotan sebanyak
70% maupun 90%. Kemudian semprotkan alkohol tersebut pada media atau juga
alat-alat praktikum yang akan digunakan. Setelah alat-alat disemprot dengan
alkohol keringkan alat tersebut dengan tissue yang steril. Tujuan menyemprotkan
alkohol pada alat-alat praktikum tersebut adalah agar dapat menghilangkan
kontaminasi mikroba disekitarnya.
2) Sterilisasi
Menggunakan Detergen
Cara menggunakannya
adalah mencuci pada alat-alat praktikum dengan detergen. Mengosok atau mencuci menggunakan
detergen merupakan cara lain untuk menghilangkan lapisan berminyak yang
mengikat bakteri pada permukaan. Dengan melepasnya pada lapisan tersebut, maka
mikroorganismenyapun ikut terbilas oleh air mengalir. Setelah alat-alat
tersebut di cuci menggunakan detergen, kemudian keringkan alat-alat tersebut
dengan tissue yang steril. Setelah itu alat tersebut dapat dikatakan telah
steril dan siap digunakan. Detergen mempunyai peranan yang sangat penting untuk
mensterilkan alat-alat laboratorium, karena dapat menghilangkan atau membunuh
mikroba yang terdapat pada alat-alat tersebut.
b. Sterilisasi
Secara Fisik
Sterilisasi
secara fisik pada praktikum ini dapat dilakukan dengan dua cara, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pemijaran
(Dengan Air Langsung)
Pemijaran dapat
dilakukan dengan cara membakar alat pada api secara langsung menggunakan
bunsen. Contohnya pada alat jarum ose yang harus dipijarkan di atas api bunsen
agar tidak terdapat mikroba dalam jarum ose tersebut, dan pada cawan petri yang
harus dipijarkan disetiap kelilingnya agar tidak terdapat mikroba disekitar
cawan petri tersebut. Pada pemijaran ini dilakukan untuk dapat membunuh dan
menghilangkan mikroba. Pemijaran juga dapat dilakukan agar tidak terkontaminasi
secara langsung.
2) Uap
Air Panas Bertekanan
Sterilisasi uap
air panas bertekanan menggunakan alat sterilisasi yaitu autoklaf. Pada alat ini
digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium yang ingin kita gunakan.
Sterilisasi pada aup air panas bertekanan dilakukan dengan cara membungkus alat-alat
yang sudah di cuci bersih. Pada alat seperti tabung reaksi dan erlenmeyer di
tutup terlebih dulu dengan menggunakan kapas pada bagian atasnya saja, setelah
itu membungkus alat dengan sampul coklat lalu diisolasi agar tidak lepas dan
memberi label pada lat-alat yang telah dibungkus. Kemudian pada alat-alat
tersebut dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi. Cara kerja pada
autoklaf menggunakan uap panas dengan suhu 1200C atau 1210C selama 15 menit pada tekanan 1
atm. Setelah 15 menit alat-alat yang dimasukkan ke dalam autoklaf, kemudian
alat-alat tersebut diambil dan menyimpannya. Tujuan sterilisasi ini agar
membunuh mikroba tanpa terkontaminasi sebelum menggunakannya.
2.
Hasil praktikum Pembuatan Media
Adapun hasil dari praktikum
pembuatan media adalah sebagai berikut:
a. Siapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
b. Siapkan
2 gelas beaker yang berisi air (aquades)
masing-masing 250 ml air.
c. Siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan juga SSA (Salmonella Shigella Agar)
d. Kemudian ambil bahan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) menggunakan
spatula.
e. Masukkan ke dalam gelas alroji untuk
ditimbang.
f. Timbang sebanyak pada EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan untuk SSA (Salmonella Shigella Agar) sebanyak
g. Letakkan gelas beaker yang sudah berisi air
(aquades) di atas hotplate yang sudah menyala.
h. Masukkan
EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar) ke dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan
gelas beaker yang berbeda antara EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar).
i. Aduk
larutan EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar) sampai merata dan tunggu sampai kedua bahan tersebut
mendidih naik ke atas.
j. Setelah mendidih angkat pada ke dua bahan
tersebut, tutup menggunakan alumunium foil.
k. Kemudian
masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah disterilisasikan dengan
membuka tutup cawan petri sedikit, (catatan: bahan yang dituangkan ke dalam
cawan petri sesuai yang dibutuhkan atau sesuai ukuran yang ditentukan) tuangkan
bahan di dekat bunsen agar tidak terkontaminasi.
l. Tutup
kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut.
m. Kemudian
isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi.
Melakukan dengan cepat dapat membantu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba
lain dan membiarkan hingga dingin.
n. Beri
label pada masing-masing cawan petri tersebut.
o. Masukkan
ke dalam inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan (baki)
sampai seorang praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya pada
keesokan harinya.
B. Pembahasan
Sterilisasi merupakan proses menghancurkan
semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut
mikrobiologi, artinya terbebas dari mikroorganisme hidup. Sterilisasi juga
dapat diartikan sebagai proses untuk dapat menghilangkan dan membunuh mikroba
yang terdapat disekitar benda atau medium (Adji dkk, 2008).
Sterilisasi ini penting dilakukan dalam
praktikum mikrobiologi, hal ini dapat dikarenakan agar bahan atau peralatan
yang digunakan tersebut tidak didapatkan kehadiran mikroorganisme lain yang
tidak diinginkan yang akan dapat menganggu atau merusak media ataupun menganggu
kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan sehingga pelaksanaan praktikum
dapat bejalan dengan lancar (Darwis dkk, 2009).
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada
praktikum sterilisasi ini menggunakan dua macam sterilisasi, yaitu sterilisasi
secara fisik dan secara kimiawi. Sterilisasi secara kimiawi menggunakan detergen
dan alkohol 70% maupun 90%, sedangkan sterilisasi secara fisik menggunakannya
dengan dua cara yaitu sterilisasi pemijaran dan uap air panas betekanan.
Sterilisasi menggunakan alkohol dan detergen
hampir sama pada prosedur kerjanya, hanya saja pada alkohol dengan cara
menyemprotkan ke alat yang digunakan. Sedangkan sterilisasi menggunakan
detergen dengan cara mencuci alat-alat tersebut. Setelah alat-alat tersebut
disterilisasikan menggunakan kedua bahan tersebut kemudian dikeringkan dengan menggunakan
tissue yang steril. Sterilisasi ini dilakukan guna untuk mensterilkan alat-alat
praktikum agar tidak terdapat atau terkontaminasi oleh mikroba lain disekitar
alat tersebut.
Sterilisasi pemijaran dilakukan dengan cara
mebakar alat pada api secara langsung menggunakan bunsen, sedangkan sterilisasi
uap air panas bertekanan dapat dilakukan dengan cara membungkus alat-alat yang
sudah dicuci bersih, kemudian masukkan alat-alat tersebut kedalam alat yaitu
autoklaf. Fungsi pada alat ini adalah digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium
yang ingin kita gunakan dengan menggunakan tekanan uap 1 atau 1,5 atm dengan
suhu 1210C selama 15 menit. Proses sterilisasi ini dilakukan untuk
mensterilkan pada alat-alat yang akan digunakan dan agar tidak terkontaminasi
oleh mikroba secara langsung.
Dalam memasukkan alat-alat kedalam autoklaf
harus berhati-hati, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam
meletakkan suatu alat-alat laboratorium yang akan disterilisasikan dalam
keadaan rapi agar alat tersebut tidak pecah. Tujuan pembungkusan adalah untuk
meminimalisis goncangan pada autoklaf yang bertekanan tinggi dan dapat
menghindari adanya benturan. Sedangkan tujuan dari sterilisasi adalah agar pada
suatu alat dan bahan yang akan digunakan tidak terkontaminasi oleh mikroba
lain.
Faktor kesalahan yang biasanya terjadi pada
saat proses sterilisasi yaitu memasukkan cawan petri dan erlenmeyer ke dalam
autoklaf, peletakan alat tersebut dilakukan dengan cara menumpuknya, hal itu
dapat mengakibatkan jatuhnya alat-alat di dalam autoklaf saat proses
sterilisasi berlangsung (Pratiwi, 2008).
Setelah melakukan sterilisasi pada alat-alat
yang akan digunakan, untuk selanjutnya adalah pembuatan media (medium). Menurut
pendapat Suriawiria (2005),
medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan
pula untuk isolasi, memperbanyak pengujian sifat-sifat fisologi dan perhitungan
mikroba.
Dari
hasil yang diperoleh kita dapat mengetahui macam-macam medium yang dapat
digunakan dan kita dapat mengetahui cara membuat pertumbuhan mikroorganisme.
Dalam pembuatan pertumbuhan mikroorganisme ini sangat perlu dilakukan, agar
pada seorang praktikan dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan pada
mikroorganisme dapat terjadi dan agar seorang praktikan juga dapat mengetahui
bahan-bahan yang dapat memicu pada pertumbuhan mikroorganisme.
Dalam
praktikum ini ada beberapa bahan yang akan kita gunakan dalam membuat media
pertumbuhan pada mikroorganisme yang diantaranya adalah aquades, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).
Pada
pembuatan media (medium) pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan, siapkan 2 gelas beaker
yang berisi air (aquades) masing-masing 250 ml air, siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan juga SSA
(Salmonella Shigella Agar), kemudian
ambil bahan EMBA (Eosin Methylene Blue
Agar) dan SSA (Salmonella Shigella
Agar) menggunakan spatula, masukkan ke dalam gelas alroji untuk ditimbang,
timbang sebanyak dan untuk SSA (Salmonella Shigella Agar) sebanyak etakkan gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) di atas hotplate
yang sudah menyala, masukkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
dan SSA (Salmonella Shigella Agar) ke
dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan gelas beaker yang
berbeda antara EMBA (Eosin Methylene Blue
Agar) dan SSA (Salmonella Shigella
Agar), aduk larutan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
sampai merata dan tunggu sampai kedua bahan tersebut mendidih, setelah mendidih
angkat pada ke dua bahan tersebut, tutup menggunakan alumunium foil, kemudian
masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah disterilisasikan dengan
membuka tutup cawan petri sedikit, tuangkan bahan di dekat bunsen agar tidak
terkontaminasi, tutup kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut, kemudian
isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi, beri
label pada masing-masing cawan petri tersebut, kemudian masukkan ke dalam
inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan (baki) sampai seorang
praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya pada keesokan
harinya.
Media
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) mempunyai
keistimewaan mengandung suatu laktosa dan juga berfungsi untuk memilah mikroba
yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan
Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni
dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang
dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada
tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan
Salmonella sp dapat menimbulkan
keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminan tersebut adalah E.coli (Pratiwi 2008).
Agar
EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis
bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan
pada eosin dan juga metilin blue sebagai indikator memberikan perbedaan yang
nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut
mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan
sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya
digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT
(jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air (Hidayah & Maya, 2012).
Salmomella
Shigella Agar (SSA) yang dapat digunakan untuk
mengisolasi kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses, urin, dan
makanan. Untuk khusus untuk isolasi kuman shigella, media ini tidak disarankan
karena beberapa strain shigella akan terhambat. Media ini juga tersusun atas
beberapa bahan, seperti campuran ekstrak, vitamin, mineral, dan asam amino,
campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green, neutral red, dan ferric
citrate. Perbenihan ini mirip dengan Mc. Conkey Agar, hanya penggunaannya lebih
khusus lagi untuk basil gram negatif patogen enterik, sehingga dipakai untuk
isolasi dari spesimen tinja terutama, Salmonella
dan Shigella yang keduanya
memperlihatkan pada pertumbuhan koloni yang tak berwarna. Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) merupakan
medium diferensial untuk melakukan isolasi selektif dari enterobakter patogenik
khususnya genus Salmonella dan Shigella. Medium ini dapat
menghampat pertumbuhan mikrobia garam- positif (Pratiwi 2008).
Dalam
pembuatan medium, harus digunakan juga aqudes atau air murni, karena air pada
umumnya mengandung kadar ion kalsium dan ion magnesium yang tertinggi. Pada medium
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan SSA
(Salmonella Shigella Agar) dapat
membantu untuk pertumbuhan pada suatu mikroorganisme (Pratiwi 2008).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kita dapat
menyimpulkan bahwa sterilisasi adalah suatu proses mematikan atau menghilangkan
mikroorganisme yang mungkin ada pada suatu benda, agar banda atau alat yang
akan digunakan tidak terkontaminasi oleh mikroba lain. Sterilisasi yang
dilakukan pada praktikum ini dengan dua cara yaitu sterilisasi kimiawi dan
sterilisasi fisika. Sterilisasi kimiawi menggunakan alkohol dan detergen,
sedangkan sterilisasi secara fisika menggunakan pemijran atau dengan api
langsung dan jugs uap air panas bertekanan. Pada praktikum pembuatan media
(medium) menggunakan Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar) dapat membantu untuk pertumbuhan pada suatu mikroorganisme.
B. Saran
Adapun saran pada
praktikum ini adalah sebelum melakukan praktikum sebaiknya untuk mensterilkan
alat-alat dan diri kita masing-masing agar media atau bahan yang akan digunkan
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, dan pada pembuatan media
(medium) sebaiknya dilakukan dengan teliti agar pada praktikum tidak terjadi
kesalah yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro,
S. 1994. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Iriatmanto.
2000. Petunjuk Praktikum Semester III. Yogyakarta:
EGC
Kusnadi,
Peristiwati dkk. 2003.
Mikrobiologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Pelezar,
Micheal. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan Pertama.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Pratiwi,
Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga
Sudarmadji,
Slamet dkk. 2007. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan Dan
Penelitian Edisi Ke Enam. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Suriawiria, Unus.
2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa
Adji,
Dhirgo dkk. 2007. Perbandingan Efektifitas sterilisasi Alkohol
70% Inframerah, otoklaf Dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
Subtilis. Jurnal Saintvet. Vol 25. No 1. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.55 WIB
Darwis,
Darmawan dkk. 2009. Penentuan Dosis Sterilisasi Membran Selulosa
Mikroba Dengan Iradiasi Bekas Elektron Berdasarkan ISO 11137.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi. ISSN 1907-0322. Vol 5. No 2.
Jakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.47
WIB
Hidayah,
Nur & Maya Shovitri. 2012. Adaptasi Isolat Bakteri Aerob Penghasil Gas
Hidrogen Pada Medium Limbah Organik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 1. ISSN: 2301-928x. Surabaya.
Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 09.06
WIB
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. EMBA Gambar 2. SSA
(Eosin Methylene Blue Agar) (Salmonella
Shigella Agar)
(Sumber: Nurul,
2017) (Sumber: Nurul,
2017)
Gambar 3.
Timbangan Analitik Gambar 4. Media
EMBA
(Sumber: Nurul,
2017) (Sumber: Nurul,
2017)
Gambar 5. Media
SSA Gambar 6. Larutan
SSA
(Sumber: Nurul,
2017) (Sumber: Nurul,
2017)
Gambar 7.
Laruran EMBA Gambar 8. Gelas
Arloji
(Sumber: Nurul,
2017) (Sumber: Nurul,
2017)