Sabtu, 08 Juli 2017

Makalah Zoologi Invertebrata Sporozoa


ZOOLOGI INVERTEBRATA
Kelas Telosporea
(Ordo Coccidia, ex: Eimeria sp)
Dosen Pengampu: Tutik Fitri Wijayanti, M. Si




Di susun Oleh:
Nurul Mursidah (14222125)









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Protista merupakan organisme eukariotik uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni. Protista dapat digolongkan menjadi protista mirip hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (alga) dan protista mirip jamur (jamur lendir/slame mold). Bentuk tubuh suatu organisme pada golongan protista amatlah beragam (Brotowidjoyo, 1995).
Protozoa yang dapat bergerak secara amoeboid dikelompokkan dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagella dimasukkan kedalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan kedalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serta merupakan parasit pada hewan maupun pada manusia dikelompokkan kedalam Sporozoa (Rusyana, 2011).
Sporozoa adalah hewan berspora, tidak mempunyai alat gerak, bergerak dengan mengubah kedudukan tubuhnya. Hampir semua spesies ini bersifat parasit. Reproduksi dengan dua cara yaitu adalah vegetatif (schizogoni yaitu pembelahan diri berlangsung dalam tubuh inang dan sporogoni yaitu membuat spora yang berlangsung dalam tubuh inang perantara) dan generatif (melalui peleburan yang terjadi pada tubuh nyamuk) (Lumowa, 2014).
Para Sporozoa adalah suatu kelas yang sangat besar dan beragam dengan setidaknya terdapat empat subclass dan ribuan spesies. Mereka menyebabkan penyakit pada berbagai macam binatang dari cacing tanah dan tikus untuk ulat sutra (penyakit disebut pebrine) dan ikan (Levine, 1995).
Telosporea (filum Protozoa, subpyhlum Sporozoa) sebuah kelas protozoa parasit, yang sebagian besar hidup di dalam sel-sel tuan rumah mereka. Mereka mungkin motil dengan meregangkan tubuh sel atau dengan meluncur. Beberapa dapat menyelesaikan siklus hidupnya dalam sebuah host lainnya yang memerlukan lebih dari satu spesies inang. Pada kelas Tolesporea terdapat beberapa ordo yang salah satunya yaitu adalah ordo Coccidia. Coccidia adalah parasit bersel satu, pembentuk spora dan mikroskopik yang masuk kedalam filum Apicomplexa dan kelas Sporozoa atau Telosporea (Levine, 1995).
Pada kelas sporozoa (Telosporea) terdapat beberapa ordo, salah satunya adalah ordo Coccidia contoh spesiesnya adalah Eimeria sp. oleh sebab itu pada makalah ini akan membahas spesies pada Eimeria sp. salah satu contoh dari ordo Coccidia yang termasuk dalam kelas Sporozoa (Telosporea).

B.  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui tentang kelas dari Telosporea (Sporozoa)?
2.    Mengetahui pengertian Ordo Coccidia?
3.    Mengetahui spesies dari Eimeria sp.?




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kelas Telosporea (Sporozoa)
Kata Sporozoa berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata (spore yang artinya biji) dan (zoa yang artinya hewan) adalah kelompok protista uniseluler atau bersel satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora. Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan menusia. Siklus hidup Sporozoa agak kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang. Dalam siklus hidupnya, Sporozoa membentuk spora dalam tubuh inang. Selain itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi, yaitu pembelahan setiap inti sel secara berulang-ulang sehingga dihasilkkan banyak inti yang asing-masing dikelilingi oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru (Lumowa, 2014).
Parasit yang termasuk kelas sporozoa ini berkembang biak bergantian secara seksual  dan aseksual. Perkembangbiakan ini dapat terjadi dalam satu hospes yang ditemukan pada Coccidia, sedang pada Haeosporidia di perlukan dua macam hospes yang berlainan jenis. Perkembangbiakan secara aseksual disebut Schizogoni dan berkembangbiakan secara seksual disebut Sporogoni (Brotowidjoyo, 1995).
Telosporea (filum Protozoa, subpyhlum Sporozoa) sebuah kelas protozoa parasit, yang sebagian besar hidup di dalam sel-sel tuan rumah mereka. Mereka mungkin motil dengan meregangkan tubuh sel atau dengan meluncur. Beberapa dapat menyelesaikan siklus hidupnya dalam sebuah host lainnya yang memerlukan lebih dari satu spesies inang (Levine, 1995).

B.  Ordo Coccidia
Coccidia adalah parasit bersel satu, pembentuk spora dan mikroskopik yang masuk kedalam filum Apicomplexa dan kelas Sporozoa (Telosporea). Parasit Coccidia menginfeksi usus hewan, dan merupakan grup protozoa Apicomplexa terbesar. Coccidia adalah parasit intraselular obligat, yang berarti mereka harus tinggal dan bereproduksi pada sel hewan (Levine, 1995).
C.  Eimeria sp.
Eimeria sp. adalah suatu protozoa yang sering menginfeksi unggas dan berbagai jenis burung yang bermultiplikasi pada saluran pencernaan dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan sehingga dapat menyebabkan ganguan pada pencernaan dan penyerapan tubuh manusia (Rahmeto dkk, 2008).
Gambar 1. Profil Eimeria sp. dengan menggunakan mikroskop elektron
(Sumber: Rahmeto dkk, 2008).
Eimeria sp. adalah genus parasit aplicomplexa yang termasuk berbagai spesies yang menyebapkan penyakit koksidiosis pada unggas. Nama genus ini diambil dari ahli zoologi Jerman Theodor Eimer. Ookista Eimeria steidai pertama kali dilihat oleh Antoni van Leeuwenhoek di dalam empedu kelinci pada tahun 1674 (Yakhchali dan Zareei, 2008).
Klasifikasi Eimeria sp.
Kingdom : Animalia
Filum       : Apicomplexa
Class        : Sporozoa/Telosporea
Ordo        : Coccidia
Famili       : Eimeridae
Genus      : Eimeria
Spesies     : Eimeria sp
1.    Morfologi Eimeria
Secara umum ookista berbentuk bulat, ovoid atau elips. Panjang ookista berkisar dari 16-29 mikron dan lebarnya sekitar 6-25 mikron. Dalam satu ookista terdapat 4 sporokista dan satu sporokista dapat melepaskan 2 sprozoit. Bila mengalami ekskistasi satu ookista menghasilkan 8 sporozoit infektif (Rahmeto dkk, 2008).
Gambar 2. Morfologi Eimeria sp.
(Sumber: Rahmeto dkk, 2008).
Morfologi Eimeria dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk dan ukuran ookista. Bentuk ookista yang paling umum adalah bulat, bulat telur (ovoid) dan silinder. Ookista memiliki dinding transparan berfungsi melindungi kelangsungan hidup ookista di alam. Beberapa spesies memiliki pori kecil yang terbuka di salah satu ujung ookista yang disebut mikrofil (topi). Ookista dapat dibedakan menjadi ada 2 tipe yaitu pada ookista belum bersporulasi dan ookista sudah bersporulasi. Ookista belum besporulasi memiliki sel tunggal yaitu sporon. Sedangkan pada ookista yang sudah bersporulasi yang memiliki empat sporokista, masing-masing berisi dua sporozoit (Yakhchali dan Zareei, 2008).
Gambar 3. Sporozoit Eimeria sp.
(Sumber: Yakhchali dan Zareei, 2008).
2.    Siklus Hidup Eimeria sp.
Infeksi koksidiosis sendiri berawal dari tertelannya ookista (semacam telur) Eimeria yang telah mengalami sporulasi (menghasilkan spora). Pada Ookista ini dapat ditularkan secara mekanik yaitu melalui anak kandang, peralatan kandang, ransum, air minum atau litter yang tercemar. Pada siklus hidup dari Eimeria secara umum yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap eksogenous dan endogenous (Rahmeto dkk, 2008).
Gambar 4. Gambaran Umum Siklus Hidup Eimeria sp.
(Sumber: Rahmeto dkk, 2008).
a)    Tahap eksogenous (di luar tubuh ayam)
Ayam yang sebelumnya terinfeksi koksidiosis mengeluarkan ookista ke lingkungan luar bersama-sama feses. Ookista yang keluar, kemudian bersporulasi menghasilkan sporozoit dan berubah bentuk menjadi infektif (mampu menginfeksi). Lamanya waktu ookista bersporulasi berbeda-beda antar spesies Eimeria. Di lingkungan, ookista sporulasi mampu bertahan sekitar 48 jam pada suhu 25º-28ºC atau lebih lama tergantung dari kondisi suhu, kelembaban dan ketersediaan oksigen dalam kandang. Jika suhu di dalam kandang rendah dan kelembabannya tinggi, atau kondisi litter sangat lembab, maka pada ookista yang telah bersporulasi kemudian dapat bertahan di lingkungan luar hingga berbulan-bulan (Yakhchali dan Zareei, 2008).
b)    Tahap endogenous (di dalam tubuh ayam)
Tahap ini dimulai ketika ookista sporulasi tidak sengaja tertelan dan kemudian masuk ke dalam tubuh ayam. Ransum dan air minum yang terkontaminasi ookista dalam feses bisa menjadi medianya. Di dalam laryng (batang tenggorokan), dinding terluar dari ookista sporulasi akan pecah mengeluarkan sporokista. Sporokista yang berhasil mencapai usus halus atau sekum, akan pecah oleh kerja enzim tripsin dan garam empedu hingga keluarlah sporozoit infektif (Rahmeto dkk, 2008).
Selanjutnya sporozoit akan mulai menembus sel-sel epitel usus halus atau sekum dan berkembang menjadi schizonts berisi merozoit. Ketika matang, schizont akan pecah dan melepaskan merozoit ke dalam lumen usus. Dalam satu schizont bisa berisi ratusan merozoit. Merozoit inilah yang akan membelah dan memperbanyak diri (reproduksi aseksual) serta menembus pada sel usus lainnya secara terus-menerus (siklik). Karena pembelahan diri ini bersifat siklik, maka sejumlah besar sel usus akan dihancurkan. Kondisi perdarahan usus yang biasa ditemukan pada kasus koksidiosis merupakan akibat dari aktivitas merozoit ini (Rahmeto dkk, 2008).
Setelah cukup banyak melakukan pembelahan diri, pada tahap akhir akan dihasilkan gamet jantan dan betina. Setelah cukup matang, sepasang gamet jantan dan betina ini akan melakukan reproduksi seksual hingga menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot akan dibungkus dengan lapisan dinding pelindung dan terbentuklah ookista. Ookista kemudian keluar dari sel epitel usus dan pada akhirnya dikeluarkan bersama-sama dengan feses ke lingkungan luar (Rahmeto dkk, 2008).
Demikianlah siklus Eimeria sp. Lamanya satu siklus hidup Eimeria berlangsung di dalam tubuh ayam berbeda-beda tergantung spesiesnya, namun umumnya berlangsung selama 7 hari. Pendarahan di usus halus atau sekum biasanya mulai terlihat pada hari ke-4 pasca infeksi. Pada hari ke-5 hingga 6 pendarahan akan terlihat lebih banyak dan biasanya akan disusul dengan kematian. Jika pada hari ke-5 sampai 6 ayam tidak mengalami kematian, maka hari ke-8 atau 9 akan memasuki masa penyembuhan. Meski sembuh, suatu saat ayam bisa terserang koksidiosis kembali (Levine, 1995).
Dari seluruh bahasan mengenai siklus hidup pada Eimeria ini, bisa kita simpulkan bahwa hanya dengan memakan satu ookista, pada beberapa hari kemudian ribuan ookista baru dikeluarkan ke lingkungan. Bisa dibayangkan, jika kondisi litter lembab, maka ookista akan bertahan hidup dan akhirnya menyebar serta mampu menginfeksi banyak ayam lain dengan sangat cepat. Dan bukan tidak mungkin koksidiosis akan menyerang peternakan dari tahun ke tahun.
3.    Etiologi Eimeria
Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria. Secara garis besar lokasi koksidosis pada ayam di bedakan menjadi 2 bagian yaitu pada usus halus dan pada sekum. Parasit in biasa menyerang ayam muda yang masih peka, dan ayam dewasa lebih peka dan menjadi carrier (Levine, 1995).
4.    Patogenesis Eimeria
Infeksi terjadi dengan di temukannya oositas yang telah bersporulasi untuk terjadinya sporolasi ini di perlukan tempat yang cocok, O2 yang cukup. Sporozoit berkembang menjadi stadium seksual yaitu makrogamet dan mikrogamet. Fetilasi akan menghasilkan zygot yang akan berkembang menjadi oositas dan di keluarkan bersama feses (Brotowidjoyo, 1995).
Infeksi terjadi setelah hewan tertelan ookista infektif. Sampai sejauh ini hanya ookista yang bersporulasi saja yang infektif dan bila inang yang peka menelan ookista bersporulasi dalam jumlah yang banyak maka akan menimbulkan gejala klinis. Kehebatan gejala klinis yang timbul tergantung dari jumlah ookista yang tertelan, jika ookista yang tertelan banyak maka gejala klinis yang ditimbulkan akan makin hebat. Ada atau tidaknya gejala klinis tergantung keseimbangan antara imunitas dengan dosis infeksi. Gejala penyakit ini dapat muncul dalam berbagai situasi disaat keseimbangan (imunitas dan dosis infeksi) gagal terbentuk akibat kondisi yang antara lain dipengaruhi oleh cuaca, pakan yang buruk dan juga stress pada hewan. Patogenisitas koksidiosis tergantung beberapa faktor yaitu jumlah sel inang yang rusak, jumlah merozoit dan lokasi parasit di dalam jaringan sel inang (Yakhchali dan Zareei, 2008).
5.    Hospes dan Nama penyakit
Hospes parasit ini adalah binatang. Misalnya Eimeria clupearum hidup dalam hati ikan haring dan Eimeria sardinae terdapat dalam ikan sardin. Pada manusia kedua parasit ini hanya sebagai passant. Banyak spesies Eimeria lain yang patogen bagi binatang peliharaan seperti ayam, burung, kambing, sapi, dan babi. Eimeria perforans terdapat dalam epitel usus kelinci. Nama penyakitnya yaitu koksidiosis (Rahmeto dkk, 2008).
6.    Gejala Klinis Dari Koksidiosis
Gejala koksidiosis yang parah ditandai dengan diare yang hebat, tinja cair bercampur mukus dan darah yang berwarna merah sampai kehitaman beserta reruntuhan sel-sel epitel. Diare ini seringkali mengotori daerah sekitar perianal, kaki belakang dan pangkal ekor. Pada kondisi diare, hewan terus merejan dan dapat mengakibatkan prolapsus rektum. Perjalanan klinis penyakit ini bervariasi antara 4–14 hari. Kejadian koksidiosis sebagian besar terjadi pada pedet selama musim hujan dimana pedet sudah terinfeksi dari induk atau saat dipindahkan ke peternakan lain. Gejala klinis lainnya seperti kehilangan nafsu makan dan berat badan turun, anemia, anoreksia dan pada umumnya hewan terlihat kurus. Pengembangan gejala klinisnya itu dapat tergantung dari beberapa faktor seperti jenis-jenis spesies Eimeria sp., umur jumlah ookista yang tertelan dan adanya infeksi sekunder, serta sistem tata laksana peternakan (Levine, 1995).
7.    Cara penularan Koksidiosis
Menurut pendapat Yakhchali dan Zareei (2008), adapun cara penularan Koksidiosis adalah sebagai berikut:
a)    Siklus hidup dari Eimeria secara langsung yaitu tanpa melalui hewan lain untuk menularkan penyakit ini.
b)   Ookista yang bersporulasi merupakan stadium infektif dari siklus hidup penyakit koksidia.
c)    Ookista dapat juga ditularkan secara mekanik melalui pekerja kandang, peralatan yang tercemar.
d)   Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui debu kandang
e)    Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan
f)    Berdasarkan tingkat keparahannya penyakit koksidiosis atau berak darah dibagi menjadi 2 yaitu: koksidiosis klinis (Eimeria tenella dan Eimeria necatrix) dan koksidiosis subklinis (Eimeria maxima dan Eimeria acervulina).
Gambar 5. Skema penularan Koksidiosis
(Sumber: Yakhchali dan Zareei, 2008).
8.    Diagnosa Koksidiosis
Dengan pemeriksaan feses akan ditemukan stadium oosista. Spesies Eimeria dapat diidentifikasikan dari ukuran oosistas, bentuk oosistas, lokasi dalam pencernaan. Pemeriksaan pada kerokan atau mikroskopik feses atau kerokan usus yang mengalami lesi (skizon: usus tengah patognomonik untuk Eimeria necatrix sedang pada sekum: Eimeria tenella). Pembuatan preparat histologi untuk menemukan berbagai stadium Eimeria (Levine, 1995).
9.    Pecegahan Penyakit Koksidiosis
Menurut pendapat Yakhchali dan Zareei (2008), adapun pencegahan penyakit Koksidiosis adalah sebagai berikut:
a)    Control dapat ditujukan untuk pencegahan terhadap koksidiosis dengan koksidiostat dalam pakan karena pengobatan setelah gejala klinis muncul akan terlambat.
b)   Perbaikan menejemen kandang.
c)    Pemberian vaksin coccidia (baik melalui pakan maupun air minum).
d)   Membersihkan kandang dan menjaga sanitasi.
10.     Pengobatan Penyakit Koksidiosis
Menurut pendapat Rahmeto dkk (2008), adapun pengobatan penyakit Koksidiosis adalah sebagai berikut:
a)   Berikan vitamin A dan K untuk terapi supportif. Vitamin A berfungsi mempercepat kesembuhan epitel mukosa usus yang rusak. Sedangkan vitamin K akan mengurangi pendarahan yang terjadi.
b)   Jika memungkinkan, buang feses bercampur darah dari ayam yang sakit untuk menghindari ayam lain mematuknya. Hal ini karena warna merah pada feses akan menarik perhatian ayam lain untuk mematuk dan terjadilah proses penularan penyakit koksidiosis.
c)   Lakukan manajemen penanganan litter dengan baik agar litter kering.
d)  Hindari pemeliharaan ayam dengan kepadatan tinggi, maksimal 8 ekor/m2 untuk kandang postal.
e)   Saat persiapan kandang, terutama untuk kandang postal, lakukan pengapuran lantai untuk mengurangi jumlah ookista yang ada.




BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Telosporea (filum Protozoa, subpyhlum Sporozoa) sebuah kelas protozoa parasit, yang sebagian besar hidup di dalam sel-sel tuan rumah mereka. Coccidia adalah parasit bersel satu, pembentuk spora dan mikroskopik yang masuk kedalam filum Apicomplexa dan kelas Sporozoa (Telosporea). Eimeria sp. adalah genus parasit aplicomplexa yang termasuk berbagai spesies yang menyebapkan penyakit koksidiosis pada unggas. Pada siklus hidup dari Eimeria secara umum yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap eksogenous dan endogenous atau melalui reproduksi seksual dan aseksual. Nama penyakit yang disebabkan oleh Eimeria sp ini adalah koksidiosis. Gejala koksidiosis yang parah ditandai dengan diare yang hebat, tinja cair bercampur mukus dan darah yang berwarna merah sampai kehitaman beserta reruntuhan sel-sel epitel, kehilangan nafsu makan dan berat badan turun, anemia, anoreksia dan pada umumnya hewan terlihat kurus. Pencegahan penyakit Koksidiosis adalah perbaikan menejemen kandang, pemberian vaksin coccidia (baik melalui pakan maupun air minum), dan membersihkan kandang dan menjaga sanitasi. pengobatan penyakit Koksidiosis adalah berikan vitamin A dan K untuk terapi supportif, lakukan manajemen penanganan litter dengan baik agar litter kering, hindari pemeliharaan ayam dengan kepadatan tinggi, maksimal 8 ekor/m2 untuk kandang postal, dan Saat persiapan kandang, terutama untuk kandang postal, lakukan pengapuran lantai untuk mengurangi jumlah ookista yang ada.






DAFTAR PUSTAKA


Brotowidjoyo. 1995. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Levine, Norman D. 1995. Protozoologi Veteriner. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lumowa, Sonja V.T. 2014. Zoologi Invertebrata. Yogyakarta: Kepel Press

Rahmeto A, Abebe W, Bersissa K. 2008. Epidemiology of Eimeria infections in calves in Addis Ababa and Debre Zeit dairy farms, Ethiopia. Intern J Appl Res Vet Med. [Internet] [diunduh 2017 April 14]; 6:24-30. Tersedia pada: http://www.jarvm.com/articles/Vol6Iss1/Kumsa%2024-30.pdf.

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta

Yakhchali M dan Zareei M. 2008. A survey of frequency and diversity of Eimeria species in cattle and buffalo in Tabriz region. Iran Vet J. [Internet] [diunduh 2017 April 14]; 4: 94-102. Tersedia pada: http://vri.cz/docs/vetmed/59-6-271.pdf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Praktikum Sterilisasi dan Pembuatan Media

LAPORAN PRAKTIKUM II STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA Oleh: NAMA     : Nurul Mursidah NIM          : 1422212 5 DOS...